Solo, BeritaSoloraya.com – Penyakit kulit vitiligo masih sering disalahpahami sebagai kondisi menular atau akibat kebersihan yang buruk. Padahal, menurut dr. Amarilis Murastami, Sp.DVE, Subsp. OBK, FINSDV, vitiligo adalah penyakit autoimun yang tidak menular dan tidak membahayakan nyawa, namun berdampak besar terhadap aspek psikologis dan sosial penderitanya.
Dalam wawancara eksklusif bersama BeritaSoloraya.com pada Sabtu, 3 Agustus 2025, dr. Amarilis menjelaskan secara mendalam tentang vitiligo, penyebabnya, hingga penanganan terkini yang bisa membantu pasien menjalani hidup lebih nyaman dan percaya diri.
Penyebab Vitiligo Bukan dari Luar, Tapi dari Dalam Tubuh
“Vitiligo terjadi karena tubuh menyerang sel pigmennya sendiri, yang disebut melanosit. Ini adalah penyakit autoimun, bukan karena infeksi, bukan karena kurang sabun atau air wudhu,” ujar dr. Amarilis.
Ia menegaskan bahwa stres berat, riwayat keluarga, dan trauma pada kulit bisa menjadi faktor pencetus. Namun, hingga saat ini, tidak ada satu penyebab tunggal yang pasti. “Yang penting adalah deteksi dini dan pendekatan komprehensif, bukan stigma,” tambahnya.
Beda Vitiligo dan Panu: Jangan Salah Kira
Banyak masyarakat yang masih keliru membedakan vitiligo dengan panu. Menurut dr. Amarilis, panu disebabkan oleh jamur dan biasanya menimbulkan rasa gatal, sementara vitiligo tidak gatal, berwarna putih mencolok, dan sering simetris di wajah, tangan, atau kaki.
“Vitiligo bisa muncul di usia berapa pun, bahkan sejak kecil. Penting untuk segera konsultasi ke dokter agar tidak keliru penanganan,” ujarnya.
Bisa Diobati, Tapi Tidak Semua Harus Minum Obat Seumur Hidup
Soal pengobatan, dr. Amarilis menekankan bahwa terapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien. “Tidak semua butuh minum obat seumur hidup. Ada yang cukup dengan krim topikal, fototerapi, atau bahkan camouflage jika stabil,” ujarnya.
Dalam beberapa kasus, terapi tambahan seperti transplantasi melanosit, suplemen antioksidan, hingga penggunaan riasan medis dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri pasien.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa perawatan harian seperti penggunaan sunscreen dan pelembap yang tepat adalah bagian penting dari pengelolaan vitiligo jangka panjang.
Lebih dari Sekadar Kecantikan: Ini Isu Keberagaman dan Penerimaan Diri
Selain aspek medis, dr. Amarilis juga menyoroti dampak sosial dan psikologis yang dialami pasien vitiligo. Banyak yang menjadi korban bullying atau merasa tidak percaya diri.
“Vitiligo bukan penyakit menular, bukan aib. Justru kita harus mendukung mereka yang punya vitiligo untuk tetap berkarya dan percaya diri. Ini adalah bagian dari keberagaman kulit manusia,” tuturnya.
Beyond Beauty, Beyond Diversity
Melalui kampanye bertajuk Vitiligo: Beyond Beauty, Beyond Diversity, dr. Amarilis mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang vitiligo, serta menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi penderita.
“Saya berharap semakin banyak tenaga kesehatan, media, dan komunitas yang membantu mengedukasi masyarakat, agar stigma bisa hilang dan pasien bisa hidup tanpa rasa malu,” pungkasnya.
Wawancara eksklusif dengan dr. Amarilis bahas vitiligo: penyakit autoimun yang sering disalahpahami, bukan karena kurang sabun!